Kamis, 02 Oktober 2014



PELAJARAN HIDUP DARI SISTEM TATA SURYA KITA
Saya pernah bertanya pada seorang guru bijak, bagaimana rumusnya kita bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain ?
Karena selama ini sy melihat banyak sekali orang yang awalnya akrab dan sangat dekat sekali tapi tiba2 mereka tidak lagi saling bertegur sapa. Jadi harus bagaimana dan seberapa dekat kita menjaga hubungan dengan orang lain?
Dengan bijak Sang guru bertutur; "Belajarlah dari Tata Surya kita dan Belajarlah dari Bumi kita ?"
Wah saya jadi bingung di beri jawaban seperti ini, "apa maksudnya guru ?"
Lalu dengan lembut beliau bertutur,
"Bumi adalah sebuah planet yang paling indah, paling subur, paling nyaman untuk di tinggali oleh mahluk hidup. mengapa ? Karena bumi berhasil menjaga jarak yang tepat dan pas dengan Matahari. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh."
"Lihatlah Venus betapapun indahnya di lihat tapi tidak bisa di tinggali oleh mahluk hidup karena terlalu dekat dengan Matahari. Begitu juga Jupiter dan Saturnus, betapapun cantiknya planet tersebut namun tetap saja tidak bisa di tinggali oleh mahluk hidup karena terlalu jauh dari Matahari."
"Jadi jagalah jarak yang pas dengan setiap orang agar bisa membangun hubungan yang nyaman dan harmonis dan indah, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh, seperti Bumi menjaga jarak idealnya dengan Matahari."

DARI KOMUNITAS AYAH EDY


= Renungan untuk Suami dan Istri =

Tentang seseorang yg menjadi pilihan hidup kita: “Orang selalu berkata ada bekas Istri atau bekas Suami, tapi tdk ada bekas anak dan bekas orang tua.” Mungkin cerita bijak berikut ini dpt merubah pandangan tsb & mmbuat seseorang ingin memiliki suami atau istrinya sampai akhir hayat dan mikir 1000kali untuk menyakiti hatinya dan menduakan cintanya dengan yang lain.
Seorang dosen mengadakan permainan kecil kepada mahasiswanya yg sudah berkeluarga & meminta 1 orang maju ke papan tulis.
Dosen : “Tulis 10 nama yg paling dekat dgn anda.”
Lalu mahasiswa tsb menulis 10 nama. Ada nama Tetangga,Orang tua,Teman kerja,Istri,Anaknya dsb.
Dosen : “sekarang silahkan pilih 7 diantaranya yang sekiranya anda ingin hidup terus bersamanya”.
Lalu mahasiswa itu mencoret 3 nama.
Dosen : “coret 2 nama lagi”, dan tinggallah 5 nama.
Dosen : “coret lagi 2 nama”, maka tersisalah 3 nama yaitu : Orang tua,Istri & Anaknya.
Suasana kelas hening. Mereka mengira smua sudah selesai & tak ada lagi yg harus dipilih.
Tiba-tiba Dosen berkata :”silahkan coret 1 nama lagi !”, mahasiswa itu pun prlahan mngambil pilihan yg amat sulit lalu mencoret nama orang tuanya secara perlahan.
Dosen :”silahkan coret 1 nama lagi !”. Hati sang mahasiswa menjadi bingung. Kemudian mengangkat kapur & lambat laun mencoret nama anaknya dan mahasiswa itupun menangis.
setelah suasana tenang sang Dosen bertanya pada Mahasiswa itu. “Kau tidak memilih Orang tua yg membesarkanmu ? tidak juga memilih Anak yang berasal dari darah dagingmu? sedang Istri itu bisa dicari lagi.”
Smua orang di dalam kelas terpana mnunggu jwaban dari Mahasiswa itu.
Lalu sang Mahasiswa itu berkata, “Seiring waktu berlalu, Orang tua saya akan pergi & meninggalkan saya, sedang Anak jika sudah dewasa menikah lalu pergi meninggalkan saya juga. Sedangkan yg benar-benar menemani saya dalam hidup ini hanyalah ISTRI saya. Orang tua & anak bukan saya yg memilih, tapi Tuhan yang menganugerahkan, sedang ISTRI, sayalah yg memilih dan dengan izinNya. istri adalah bagian dari diriku, karena dia adalah tulang rusukku…..
* Bukan berarti anak dan orang tua adalah tidak penting tapi untuk merubah pandangan bahwasanya kita harus selalu menghargai pasangan, saling menyayangi, menerima apapun kelebihan dan kekurangan pasangan dan jangan rusak ikatan pernikahan hanya karena tergoda oleh orang ketiga dan menuruti hawa nafsu duniawi saja. Suami/istrimu adalah pilhanmu, ayah dan ibu dari anak-anakmu.


ANTARA UANG BELANJA DAN UANG NAFKAH-

Awalnya saya sulit untuk membedakan makna kata membelanjai istri dan menafkahi istri, karena bagi saya kedua kata itu sama maknanya, hanya beda pilihan kata dan keluasan maknanya saja. Bagi saya, membelanjai istri dan menafkahi istri sama-sama bermakna memberikan sejumlah uang kepada istri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga secara periodik, sedangkan yang sedikit membedakan bahwa menafkahi itu tidak harus uang tetapi bisa bersifat non materi. Artinya jika kita telah memberikan uang belanja kepada istri kita berarti kita telah memberikan nafkah lahir (materi), itu pemahaman awal saya, mungkin juga pemahaman hampir seluruh para suami
.
Tetapi, saya mulai bisa membedakan antara uang belanja dan uang nafkah saat saya melihat anggaran belanja rumah tangga seorang teman. Dari sekian item anggaran yang yang diberikan ke saya, ada satu item anggaran yang menarik bagi saya. Menarik karena hanya item itu yang satu-satunya berbeda dengan item-item dalam anggaran rumah tangga saya dan anggaran rumah tangga pada umumnya, yaitu item "nafkah istri". Apa bedanya pikir saya saat itu, ternyata menurut temen saya bahwa nafkah istri berarti suami memberikan sebagian hartanya kepada istri untuk dikelola dan digunakan untuk kepentingan pribadi istrinya, sedangkan belanja istri adalah memberikan harta (uang) untuk kebutuhan hidup suami, istri, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.
Saya mencoba untuk memahami apa yang disampaikan temen saya itu. Akhirnya saya temukan kunci jawaban untuk membedakan antara uang belanja dan uang nafkah, yaitu kemulian wanita. Antara uang belanja dan uang nafkah muncul dua kewajiban berbeda yang harus dilaksanakan seorang suami. Uang belanja adalah kewajiban suami sebagai kepala keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya dengan layak, sedangkan uang nafkah adalah kewajiban suami sebagai seorang lelaki yang qowam untuk menjaga kemualian seorang wanita yang menjadi istrinya.
Dalam uang nafkah itu terkandung kemulian wanita dari seorang istri. Uang nafkah menjadikan istri bukan seorang "pengemis" dihadapan suaminya jika istri ingin memenuhi hajat pribadinya. Uang nafkah adalah hak yang harus diterima seorang istri, dan istri memiliki hak penuh untuk mengelola dan menggunakan untuk kepentingan pribadinya. Sehingga istri bisa memenuhi kebutuhan pribadinya dengan tetap terjaga kemulian dan kehormatannya tanpa harus "mengemis" dihadapan suami atau harus bekerja keras di luar rumah.
Jadi menurut saya, jika suami hanya memberikan uang belanja bulanan saja maka kewajibannya sebagai suami belum lengkap bahkan cenderung tidak menghargai istrinya, karena memberi uang belanja tanpa uang nafkah seakan menjadikan istri sebagai pembantu rumah tangga kita saja. Oleh karena itu meskipun istri kita bekerja, uang belanja dan uang nafkah tetap harus kita berikan kepada istri kita walaupun sedikit, karena keduanya merupakan hak istri dan kewajiban bagi suami. Jika sekarang para suami hanya masih memberikan uang belanja saja maka harus dilengkapi kewajibannya sebagai seorang suami yang qowam dengan memberikan uang nafkah walaupun sedikit dan meskipun istri kita bekerja. Karena dalam uang nafkah itu ada kemulian seorang wanita yang menjadi istri kita, dan ada ke-qowaman kita sebagai seorang suami dan laki-laki.


TRADISI MENGOTORI UDARA YANG DI LAKUKAN TERUS DARI GENERASI KE GENERASI TANPA ADA YANG BERUSAHA MEMUTUS MATA RANTAINYA

(Silahkan di share jika artikel ini di rasa bermanfaat bagi kita semua)
Suatu ketika kami sedang berjalan-jalan pagi, dengan maksud olah raga sekaligus mencari udara segar.
Rute yang kami pilih mulai dari menyusuri komplek perumahan hingga ke perkampungan di sekitarnya.
Ah tapi sayangnya harapan kami pupus sudah untuk bisa mendapatkan udara segar di pagi hari, hampir setiap kampung kami temui orang sedang sibuk membakar sampah di sejuknya udara pagi. Al hasil bukannya kami tambah sehat tapi malah batuk-batuk. Terlebih dari sampah yang di bakar juga ada unsur yang berasal dari plastik atau karet.
Dalam Batin sy merenung, sebenarnya betapa indahnya Tuhan menciptakan bumi ini yang di penuhi oleh pohon-pohonan yang setiap pagi menghasilkan udara segar. Tapi betapa sayangnya kita tanpa sadar telah merusak udara pagi yang segar itu dengan asap-asap sampah yang kita bakar.
Bayangkan betapa murninya udara ciptaan Tuhan di pagi hari, sy coba membandingkan seandainya kita harus membeli mesin pemurni udara berapa uang harus kita keluarkan, sedangkan mesin pemurni udara untuk ukuran ruangan 32m2 saja harganya bisa mencapai 4 juta lebih. Dan itupun hasilnya tidak bisa mengalahkan segarnya udara yang di keluarkan dari pohon-pohon alami yang tumbuh di sekitar kita.
Betapa kita telah menyia-nyiakan udara bersih yang di berikan Tuhan pada kita, dan telah meracuni diri sendiri juga masyarakat di sekitar tempat kita membakar sampah.
Saya jadi ingat sebuah percakapan dengan seorang teman dari Jepang, saat habis meninjau pusat pembuangan sampah bantargebang, Bekasi.
Beliau bertanya, kenapa masyarakat disini suku membakar sampah, padahal sampah itukan sangat bermanfaat untuk menjadi bahan dasar produksi untuk menciptakan produk yang berguna, sementara jika di bakar selain meracuni udara juga tidak ada manfaatnya sama sekali bagi kehidupan.
Kami di Jepang selalu memilah2 sisa sampah masyarakat, yang plastik kami jadikan produk daur ulang plastik, yang makanan akan kami jadikan bahan dasar pupuk organik, yang beracun kami netralisir dan tidak langsung di buang ke bumi dan tentu saja ini akan membuat lingkungan kita dan udara kita jadi bersih.
Lama saya termenung memikirkan penjelasan beliau.
Mungkin ini sudah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat kita ya... dan bahkan dulu waktu kecil sy juga di doktrin bahwa untuk mengusir nyamuk kita perlu bakar-bakar sampah, meskipun hasilnya bukannya nyamuk yang pingsan tapi kita semua yang hampir pingsan.
Kemungkinan yang kedua adalah karena di sekolah tidak pernah di ajarkan bagaimana mengelola sampah menjadi produk daur ulang, sehingga anak-anak kita tidak ada yang tahu bagaimana mengelola sampah semestinya, akhirnya mereka mewarisi tradisi orang tuanya masing-masing untuk membakar sampah yang ada di sekitar rumahnya. Kurikulum kita terlalu banyak memaksa anak belajar yang rumit-rumit dan bikin stress tapi lupa mengajarkan hal-hal sederhana yang penting dan sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan dirinya sendiri.
Kemungkinan yang ketiga adalah karena PEMERINTAH juga diam saja tidak melakukan tindakan pencegahan, serta proses pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan udara kebersihan lingkungan semisal dengan mengeluarkan peraturan dilarang membakar sampah, dan menyediakan sarana pengelolaan di tiap daerah masing-masing.
Sy berpikir lagi dalam batin sambil berdoa, ya Tuhan suatu saat sekolah saya yg sy cita-citakan sebagai project 2 secara nasional ini jadi saya pastikan bahwa anak-anak akan di ajarkan cara mengelola sampah dan bagaimana bisa hidup serasi dengan alam dan mencintai bumi yang mereka tinggali. Agar mereka tidak terus menerus mewarisi sebuah tradisi yang salah dan berbahaya dari generasi ke geneari berikutnya.
Mari kita cintai bumi ini, Bumi kita semua, rumah bersama umat manusia.
Mohon doanya sekolah ini bisa benar-benar terwujud tahun 2015 mendatang.

DARI KOMUNITAS AYAH EDY


SILAHKAN DI SHARE KE SEBANYAK-BANYAKNYA ORANG DAN KERABAT KITA JIKA INI DIRASA BERGUNA DAN BERMANFAAT

"Tidak perlu menguasai banyak BIDANG mata pelajaran untuk menjadi orang hebat dan sukses. Cukup satu Bidang saja tapi jadilah yang TERBAIK di bidang tersebut."
Namun ingatlah selalu yang paling penting dari segalanya, pondasinya adalah Etika Perilaku Moral dan Akhlak yang baik. Jika kita memiliki keduanya, maka kelak semua orang akan mencari dan membutuhkan kita.
"Janganlah kita mendidik anak kita untuk mencari uang tapi didiklah ia agar uang mencari dirinya."
Mendidik anak untuk mencari uang sebanyak-banyaknya hanya akan berdampak melahirkan para koruptor2 baru di berbagai sektor, tapi jika mendidik anak agar uang mencari dirinya maka ia akan bisa memilih mana rezeki yang halal dan mana rezeki yang haram yang dengan mudah di tolaknya.
Kita bisa melihat banyak contoh orang yang begitu sukses hidupnya tanpa harus terlibat kasus-kasus korupsi karena ia memilih hidup untuk menekuni profesi tercinta dan uang bukan tujuan utamanya, hingga pada akhirnya ia menjadi orang yang paling ahli di bidangnya dan ia pun akhirnya dicari oleh uang (Becoming a Money Magnet Person)
Namun kita juga banyak melihat banyak contoh orang yang begitu sukses namun tak lama kemudian di jerat oleh KPK karena terlibat kasus-kasus UANG HARAM. Karena fokus hidupnya adalah untuk mencari uang, tak peduli dari mana sumber uang itu berasal dan tak peduli bagaimana cara mendapatkannya.
Dan ternyata ciri-ciri orang-orang yang menjadi Money Magnet adalah orang-orang yang PALING HEBAT DI 1 BIDANG YANG DICINTAINYA dan Berkarakter baik serta bisa dipercaya (Amanah).
Mari kita renungkan bersama.
Dipetik dari intisari buku MENEMUKAN POTENSI UNGGUL ANAK SEJAK DINI

DARI KOMUNITAS AYAH EDY


KAKAK BERADIK SELALU BERTENGKAR BEREBUT MAINAN APAKAH WAJAR ?

Suatu hari saya ditanya orang tua yang mengatakan anaknya sering bertengkar karena berebut mainan.
Lalu saya tanya apakah ibu sering membelikan mainan yang sama untuk masing-masing anak..? iya jawabnya.
Lalu apa yang ibu lakukan bila anak ibu tengah betengkar. Ya biasanya dua-duanya saya marahi, atau terkadang saya minta kakaknya mengalah pada adiknya.
Apakah ibu berhasil...? untuk saat itu kelihatanya berhasil, mereka berhenti bertengkar, cuma ya itu yang bikin pusing, kejadiannya berulang-ulang lagi.
Nah, kalau begitu mulai sekarang jangan pernah lagi membelikan mainan untuk masing-masing anak. cukup belikan 1 saja, berikan secara bergantian kadang untuk kakaknya dan gantian untuk adiknya.
Wah Nanti mereka bisa bertengkar hebat....? kata si ibu.
Gak papa, bertengkar itu adalah sebuah proses pembelajaran yang baik bagi anak. Itu artinya anak kita belum mengenal konsep hak milik, dia juga belum tahu konsep bahwa sipemilik mempunyai hak lebih, selain itu juga menunjukkan anak kita belum tahu konsep meminjam dan meminjamkan, bermain bergantian/menunggu giliran atau bermain bersama-sama.
Oleh karena itu kita harus segera mengajarkannya; jika tidak maka nanti dia tidak akan pernah mengerti tentang konsep hak milik, lihatlah betapa banyak kita dengar di media orang dewasa yang merebut/menyerobot hak milik orang lain, itu pasti dulu waktu kecil tidak sempat di ajarkan konsep ini oleh orang tua atau guru di sekolahnya.
Nah nanti jika ibu beli mainan jelaskan pada mereka, ibu membelikan mainan ini untuk siapa misalnya untuk kakaknya dan ini hak milik siapa, misalnya hak milik kakaknya. Jika si adik berusaha merebutnya maka jelaskan dan larang adiknya merebut, jika si adik marah dan menangis jelaskan aturannya dan biarkan ia menumpahkan tangisannya hingga berhenti sendiri, jangan hiraukan, sebelum berhenti sendiri, begitu juga sebaliknya lain waktu bergantian ibu lakukan pada kakaknya.
Setelah mereka mamahami konsep hak milik, maka ajarkan pada mereka untuk mengucapkan “boleh pinjam ya” jika ia ingin meminjam mainan, dan jelaskan agar pihak satunya lagi mau meminjamkannya. Jika masing-masing pihak belum mau melakukannya, jangan paksakan, tunggu sampai mereka mau. Lama kelamaan mereka akan mau, karena masing-masing punya mainan yang berbeda dan ingin saling bertukar.
Setelah itu pelan-pelan ajari mereka untuk bermain bergantian; apa bila ingin bermain dengan alat yang sama, misalnya komputer. aturlah waktu pemakaian dengan alarm waktu hingga mereka paham. Jadi tidak harus ibu membeli 2 komputer untuk 2 anak. Dan yang terakhir mereka akan dengan sendirinya terlatih untuk mulai bisa bermain bersama.
Kuncinya adalah tegakkan aturan secara tegas dan konsisten. Nanti ibu akan perhatikan hasilnya, Frekwensi pertengakaran merekapun dari hari kehari akan semakin jarang, karena mereka telah memahami konsep salaing meminjami dan bermain bersama.
Awalnya memang sulit tapi perlahan dan pasti anak kita akan berubah sabar, tegas, jelas dan konsisten adalah kata kunci keberhasilan parenting.
KAKAK BERADIK SELALU BERTENGKAR BEREBUT MAINAN APAKAH WAJAR ?

Suatu hari saya ditanya orang tua yang mengatakan anaknya sering bertengkar karena berebut mainan.
Lalu saya tanya apakah ibu sering membelikan mainan yang sama untuk masing-masing anak..? iya jawabnya.
Lalu apa yang ibu lakukan bila anak ibu tengah betengkar. Ya biasanya dua-duanya saya marahi, atau terkadang saya minta kakaknya mengalah pada adiknya.
Apakah ibu berhasil...? untuk saat itu kelihatanya berhasil, mereka berhenti bertengkar, cuma ya itu yang bikin pusing, kejadiannya berulang-ulang lagi.
Nah, kalau begitu mulai sekarang jangan pernah lagi membelikan mainan untuk masing-masing anak. cukup belikan 1 saja, berikan secara bergantian kadang untuk kakaknya dan gantian untuk adiknya.
Wah Nanti mereka bisa bertengkar hebat....? kata si ibu.
Gak papa, bertengkar itu adalah sebuah proses pembelajaran yang baik bagi anak. Itu artinya anak kita belum mengenal konsep hak milik, dia juga belum tahu konsep bahwa sipemilik mempunyai hak lebih, selain itu juga menunjukkan anak kita belum tahu konsep meminjam dan meminjamkan, bermain bergantian/menunggu giliran atau bermain bersama-sama.
Oleh karena itu kita harus segera mengajarkannya; jika tidak maka nanti dia tidak akan pernah mengerti tentang konsep hak milik, lihatlah betapa banyak kita dengar di media orang dewasa yang merebut/menyerobot hak milik orang lain, itu pasti dulu waktu kecil tidak sempat di ajarkan konsep ini oleh orang tua atau guru di sekolahnya.
Nah nanti jika ibu beli mainan jelaskan pada mereka, ibu membelikan mainan ini untuk siapa misalnya untuk kakaknya dan ini hak milik siapa, misalnya hak milik kakaknya. Jika si adik berusaha merebutnya maka jelaskan dan larang adiknya merebut, jika si adik marah dan menangis jelaskan aturannya dan biarkan ia menumpahkan tangisannya hingga berhenti sendiri, jangan hiraukan, sebelum berhenti sendiri, begitu juga sebaliknya lain waktu bergantian ibu lakukan pada kakaknya.
Setelah mereka mamahami konsep hak milik, maka ajarkan pada mereka untuk mengucapkan “boleh pinjam ya” jika ia ingin meminjam mainan, dan jelaskan agar pihak satunya lagi mau meminjamkannya. Jika masing-masing pihak belum mau melakukannya, jangan paksakan, tunggu sampai mereka mau. Lama kelamaan mereka akan mau, karena masing-masing punya mainan yang berbeda dan ingin saling bertukar.
Setelah itu pelan-pelan ajari mereka untuk bermain bergantian; apa bila ingin bermain dengan alat yang sama, misalnya komputer. aturlah waktu pemakaian dengan alarm waktu hingga mereka paham. Jadi tidak harus ibu membeli 2 komputer untuk 2 anak. Dan yang terakhir mereka akan dengan sendirinya terlatih untuk mulai bisa bermain bersama.
Kuncinya adalah tegakkan aturan secara tegas dan konsisten. Nanti ibu akan perhatikan hasilnya, Frekwensi pertengakaran merekapun dari hari kehari akan semakin jarang, karena mereka telah memahami konsep salaing meminjami dan bermain bersama.
Awalnya memang sulit tapi perlahan dan pasti anak kita akan berubah sabar, tegas, jelas dan konsisten adalah kata kunci keberhasilan parenting.

KAKAK BERADIK SELALU BERTENGKAR BEREBUT MAINAN APAKAH WAJAR ?
Suatu hari saya ditanya orang tua yang mengatakan anaknya sering bertengkar karena berebut mainan.
Lalu saya tanya apakah ibu sering membelikan mainan yang sama untuk masing-masing anak..? iya jawabnya.
Lalu apa yang ibu lakukan bila anak ibu tengah betengkar. Ya biasanya dua-duanya saya marahi, atau terkadang saya minta kakaknya mengalah pada adiknya.
Apakah ibu berhasil...? untuk saat itu kelihatanya berhasil, mereka berhenti bertengkar, cuma ya itu yang bikin pusing, kejadiannya berulang-ulang lagi.
Nah, kalau begitu mulai sekarang jangan pernah lagi membelikan mainan untuk masing-masing anak. cukup belikan 1 saja, berikan secara bergantian kadang untuk kakaknya dan gantian untuk adiknya.
Wah Nanti mereka bisa bertengkar hebat....? kata si ibu.
Gak papa, bertengkar itu adalah sebuah proses pembelajaran yang baik bagi anak. Itu artinya anak kita belum mengenal konsep hak milik, dia juga belum tahu konsep bahwa sipemilik mempunyai hak lebih, selain itu juga menunjukkan anak kita belum tahu konsep meminjam dan meminjamkan, bermain bergantian/menunggu giliran atau bermain bersama-sama.
Oleh karena itu kita harus segera mengajarkannya; jika tidak maka nanti dia tidak akan pernah mengerti tentang konsep hak milik, lihatlah betapa banyak kita dengar di media orang dewasa yang merebut/menyerobot hak milik orang lain, itu pasti dulu waktu kecil tidak sempat di ajarkan konsep ini oleh orang tua atau guru di sekolahnya.
Nah nanti jika ibu beli mainan jelaskan pada mereka, ibu membelikan mainan ini untuk siapa misalnya untuk kakaknya dan ini hak milik siapa, misalnya hak milik kakaknya. Jika si adik berusaha merebutnya maka jelaskan dan larang adiknya merebut, jika si adik marah dan menangis jelaskan aturannya dan biarkan ia menumpahkan tangisannya hingga berhenti sendiri, jangan hiraukan, sebelum berhenti sendiri, begitu juga sebaliknya lain waktu bergantian ibu lakukan pada kakaknya.
Setelah mereka mamahami konsep hak milik, maka ajarkan pada mereka untuk mengucapkan “boleh pinjam ya” jika ia ingin meminjam mainan, dan jelaskan agar pihak satunya lagi mau meminjamkannya. Jika masing-masing pihak belum mau melakukannya, jangan paksakan, tunggu sampai mereka mau. Lama kelamaan mereka akan mau, karena masing-masing punya mainan yang berbeda dan ingin saling bertukar.
Setelah itu pelan-pelan ajari mereka untuk bermain bergantian; apa bila ingin bermain dengan alat yang sama, misalnya komputer. aturlah waktu pemakaian dengan alarm waktu hingga mereka paham. Jadi tidak harus ibu membeli 2 komputer untuk 2 anak. Dan yang terakhir mereka akan dengan sendirinya terlatih untuk mulai bisa bermain bersama.
Kuncinya adalah tegakkan aturan secara tegas dan konsisten. Nanti ibu akan perhatikan hasilnya, Frekwensi pertengakaran merekapun dari hari kehari akan semakin jarang, karena mereka telah memahami konsep salaing meminjami dan bermain bersama.
Awalnya memang sulit tapi perlahan dan pasti anak kita akan berubah sabar, tegas, jelas dan konsisten adalah kata kunci keberhasilan parenting.

DARI KOMUNITAS AYAH EDY
MENGAPA BANGSA ASIA KALAH KREATIF ???

Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller". (www.idearesort.com/trainers/T01.p) mengemukakan beberapa hal ttg bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:

1. Bagi kebanyakan org Asia, dlm budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). Passion (rasa cinta thdp sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk memiliki kekayaan banyak.
2. Bagi org Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lbh dihargai drpd CARA
memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar.
3. Bagi org Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis "kunci jawaban" bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus2 Imu pastidan ilmu hitung lainnya bukan diarahkan utk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.
4. Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of
none" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak menguasai apapun).
5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm
Olympiade Fisika, dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada org Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi dan kreativitas.
6. Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibat- nya sifat eksploratif sbg upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.
7. Bagi keanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah
8. Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi stlh sesi berakhir peserta mengerumuni guru / narasumber utk minta penjelasan tambahan.
Dlm bukunya Prof.Ng Aik Kwang menawarkan bbrp solusi sbb:
1. Hargai proses. Hargailah org krn pengabdiannya bukan karena kekayaannya. Percuma bangga naik haji atau membangun mesjid atau pesantren tapi duitnya dari hasil korupsi
2. Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya
3. Jangan jejali murid dgn banyak hafalan, apalagi matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihapalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar2 dikuasainya
4. Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yg lebih cepat menghasilkan uang
5. Dasar kreativitas adlh rasa penasaran berani ambil resiko. AYO BERTANYA!
6. Guru adlh fasilitator, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dgn bangga kl KT TDK TAU!
7. Passion manusia adalah anugerah Tuhan..sebagai orang tua kita
bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passionnya dan mensupportnya.
Mudah2an dengan begitu, kita bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi tanpa korupsi

DARI KOMUNITAS AYAH EDY


MENGAPA DENMARK MENJADI NEGARA PALING MAKMUR DI DUNIA

Padahal negaranya tidak memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, Padahal Musim di negaranya sangatlah Ekstrim karena dekat dengan kutub utara. Padahal di negeri ini matahari dan siang hari hanya sebentar saja, terutama di musim dingin. Tapi mengapa bisa ya ?
Inilah jawabannya !
Suatu hari tanpa sengaja Tuhan, mengarahkan jari-jemari saya melalui google untuk membuka sejarah negara Denmark.
Dari info Wikipidia yang kebetulan saya baca ternyata Denmark adalah negara Paling Nyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia, negara dengan pendapatan penduduk paling tinggi di dunia, juga menjadi negara paling makmur didunia paling bersih di dunia hingga mendapat gelar "Negeri Dongeng".
Meskipun kemudian tingkat kenyamanannya tergeser oleh New Zealand. New Zealand menempati urutan pertama negara paling Nyaman untuk tempat tinggal manusia di dunia.
Sebagai seorang pendidik, saya langsung berpikir bahwa mungkin yang menjadi penyebab Denmark dan New Zealand menjadi negara termakmur adalah karena pendidikan mereka yang sangat baik.
Ah... namun ternyata dugaan saya keliru. Orang-orang Denmark justru percaya bahwa penyebab dari negaranya menjadi negara ter-makmur, ternyaman dan teraman adalah karena Masyarakatnya Jujur.
Orang Denmark percaya bahwa semua kebaikan yang ada di negaranya berawal dari KEJUJURAN, pada saat seorang jujur maka semua fasilitas umum untuk rakyat akan terbangun dengan baik oleh pemerintah, sebagaimana mestinya sesuai standar mutu yang telah di tetapkan di segala bidang mulai dari Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan dll.
Masyarakat Denmark percaya bahwa kejujuran bisa melahirkan segalanya, Mereka percaya bahwa setiap manusia itu pintar, dengan kejujuran maka setiap kepintaran manusia akan menjadi manfaat bagi sesama dan seluruh negeri.
Mereka yakin jika setiap aparat pemerintah jujur, mulai dari pejabat, menteri, polisi dan seterusnya dan rakyatnya jujur maka sebuah negara bisa menjadi makmur tanpa perlu menjadi yang PALING PINTAR dibidang pendidikan.
Ternyata memang benar, Denmark masuk dalam salah satu negara dengan tingkat korupsi NYARIS NOL, seperti juga di Finlandia dan New Zealand.
Karena kejujuran itulah akhirnya pendidikan di negara ini pun menjadi lebih baik dan sangat maju. Jadi tidak salah jika kita katakan bahwa KETIDAK JUJURAN (mental korup), akan melahirkan bencana berantai dalam sebuah negara.
Mereka begitu yakinnya bahwa Kejujuran adalah awal dari semua kebaikan dan bukannya KEPINTARAN. Dulu saat kami mendirikan sekolah, kira2 10 tahun silam, Kejujuran dan Etika Moral adalah Prioritas utama, sedangkan kepintaran itu kita kembangkan kemudian, karena kami juga yakin bahwa setiap anak terlahir pintar.
Itulah sebabnya di sekolah kami, kami tidak terlalu pusing jika seorang anak belum bisa CALISTUNG saat masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD, tapi kami sangat peduli jika sorang anak tidak jujur dan beretika buruk.
Dan setelah membaca artikel ini sepertinya Saya di ingatkan kembali oleh Tuhan, untuk tetap mempertahankan apa yang sudah kami Yakini. Bahwa KARAKTER, PRILAKU dan KEJUJURAN adalah landasan untuk MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DAN MAKMUR. Dan bukan angka2 akademik yang tertera di buku Raport.
Terimakasih Tuhan, Engkau selalu menguatkan kami untuk selalu tegar pada apa yang kami yakini benar dalam sistem pendidikan anak-anak kami dan sekolah kami.
Mari kita renungkan bersama.

DARI KOMUNITAS AYAH EDY

Mendikbud: Tes Calistung Tak Dibenarkan Jadi Alat untuk Masuk SD


Jakarta - Beberapa sekolah dasar mengadakan tes membaca, menulis dan menghitung (calistung) untuk seleksi masuk. Tes calistung ini dinilai memberikan beban yang berlebihan pada anak usia dini yang belum pada saatnya.

"Tes calistung? Itu kan sama dengan belajar nyetir, tapi syaratnya harus bisa menyetir. Berarti dalam kasus ini, saya harus mengajarkan anak-anak TK calistung. Hal tersebut sama artinya dengan kita memberikan beban belum pada saatnya. TK itu bukan sekolahan, tapi taman bermain," tegas Mendikbud M Nuh saat ditanya tentang tes calistung untuk masuk SD.

Hal itu disampaikan Mendikbud M Nuh dalam jumpa pers tentang buku kurikulum 2013 untuk tahun ajaran 2014 di kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Kamis (13/2/2014).



"Di sana (TK) tidak harus diberikan pelajaran mengenai berhitung, membaca. Jadi calistung tidak dibenarkan dipakai sebagai alat untuk masuk SD karena di SD lah baru diajarkan calistung," tutur dia.

Apakah ada sanksi bagi SD yang mengenakan tes calistung sebagai saringan masuknya? "Jadi, tentu nanti setiap atuiran main tentu ada sanksi," tegas Nuh.

Sebelumnya, diberitakan detikHealth, tes calistung digunakan sebagai salah satu instrumen tes masuk di sejumlah SD swasta. Ada yang menjadikannya sebagai salah satu patokan untuk penerimaan, namun ada juga yang hanya menjadikan tes itu sebagai cara untuk mengetahui kemampuan calon siswanya.


Apakah kita atau anak kita atau murid kita memiliki kemiripan dengan ciri-ciri ini ?
Satu hari saya pernah ditanya tentang Apasih Anak Otak kanan itu...?
Mungkin lebih tepatnya adalah anak yang secara naluriah lebih dominan menggunakan otak kanannya.
Berdasarkan temuan dalam bidang sains otak, (Roger Speery peraih nobel untuk penelitiannya tentang fungsi otak kiri dan otak kanan) diketahui bahwa otak berpikir manusia terbagi atas belahan otak kiri dan kanan. Masing-masing belahan memiliki kemampuan yang berbeda dan saling melengkapi.
Mirip seperti tangan kita ada kiri dan ada kanan. Ada sebagian orang yang lebih dominan menggunakan kiri atau yang sering disebut sebagai anak kidal, ada yang dominan kanan tapi ada juga yang seimbang. Otak juga sama dengan tangan dalam proses bekerjanya dia selalu bersama-sama saling melengkapi, hanya tetap saja ada yang sedikit lebih dominan dari lainnya. Persis seperti tangan kita.
Karena selama ini yang kita ketahui hanya kemampuan dan sifat-sifat otak kiri, maka standar ke normalan berpikir seorang anakpun didasarkan pada cara bekerjanya otak kiri.
Sebelum para ilmuan otak menemukan ini kira-kira 20 tahun yang lalu, maka anak-anak yang cenderung dominan otak kanan sering dikategorikan bermasalah. Padahal sesungguhnya mereka bukan bermasalah melainkan memiliki sifat-sifat yang lebih di dominasi otak kannya.
 

Mari kita perhatikan ciri-cirinya,

1. Sulit mengikuti pelajaran disekolah.
2. Terlambat bicara dibandingkan anak seusianya
3. Pada awal-awal sering lebih kuat tangan kiri (kidal) dan sering terbalik memakai sendal/sepatu.
4. Jika berbicara tidak runtut dan sistematis dan sulit dipahami maksudnya./bicara melompat-lompat antar satu topik dengan lainnya.
5. Persaannya sangat sensitif/peka, emosional cenderung moody (mengerjakan sesuatu sesuai mood)
6. Sulit mengungkapkan keinginannya dalam bentuk kata/kalimat atau sulit menyusun kalimat untuk mengungkapkan perasaannya.
7. Cepat hafal tempat/lokasi, tanda-tanda dan rute perjalanan kesatu tempat yang pernah dikunjungi meskipun hanya sekali.
8. Sering bicara tidak nyambung dengan pertanyaan.
9. Kadang suka berkhayal dan bicara sendiri menceritakan fantasinya
10. Kadang bercerita ke satu tempat yang sebenarnya belum pernah di kunjunginya seolah-olah seperti nyata.
11. Konsentrasi rendah pada pekerjaan yang kurang disukainya/diminta oleh gurunya tapi sangat tinggi pada hal-hal yang menarik perhatiannya.
12. Sering membuat cara baru dalam menyelesaikan tugas/soal-soal dan kurang suka cara yang di ajarkan oleh gurunya.
13. Lebih suka permainan rangcang bangun seperti lego dsb.
14. Suka keluar dari kelompok dan melakukan aktivitasnya sendiri.
15. Sebagian ada yang sudah tahu membedakan jenis-jenis benda; seperti merek mobil, jenis pesawat dsb. dalam usia yang relatif sangat dini
16. Sulit diajari mengeja suku kata
17. Waktu kecil sulit membedakan huruf d dengan b
18. Jika menulis huruf sering terbalik antara W dengan M atau E dengan 3
19. Sulit mengerjakan soal-soal matematika logika/rumus-rumus
20. Sebagian lagi sulit mamahami maksud dari soal cerita matematika kecuali diberikan contoh analogi/perumpamaan dengan menggunakan alat bantu benda-benda.
21. Sering memandang ke atas dan terlihat seperti melamun
22. Kurang suka mencatat dan lebih suka memenuhi bukunya dengan gambar disana-sini.
23. Sering membaca melompat dan beberapa kata tertinggal atau terlompati
24. Jika sudah mengenal huruf/angka, ia mampu membaca urutan huruf/angka dari belakang atau dengan urutan terbalik dengan cepat & tepat.
25 Selalu menghindar jika di ajak belajar baca atau menulis, dengan berbagai alasan. Dan lebih suka menggambar atau bermain.
Para orang tua dan guru yang berbahagia....
Apakah ciri-ciri tersebut sebagian ada yang mirip dengan anak anda di rumah? Kalau "Ya" jangan khawatir, anak anda sama sekali bukan bermasalah melainkan lebih dominan otak kananya.
Yakni anak-anak yang memiliki keunggulan dalam bidang Seni, Imajinasi, Desain, Rancang bangun, dan para pencipta baik dibidang sains atau dibidang seni.
Bagaimana cara mengelolanya agar ia bisa mencapai potensi unggul yg dimilikinya??
Jawaban lengkapnya ada pada buku yg berjudul : Anak yg berotak kanan di dunia yg berotak kiri ditulis oleh Jefrey Fred & Laurie Parson, di terbitkan oleh Karisma Publishing di dapat di Toko Buku Karisma di kota anda. Dan buku Memetakan Potensi Unggul Anak Sejak Dini yang bisa di dapat di Gramedia dan toko buku lainnya.

DARI KOMUNITAS AYAH EDY






SESUNGGUHNYA KITA BISA MENYEMBUHKAN SEMUA PENYAKIT KITA SENDIRI JIKA KITA MAU, DAN KITA TAHU OBATNYA YANG PALING AMPUH
Suatu ketika saya pernah mengalami berbagai macam penyakit yang gak sembuh-sembuh.
Mulai sakit kepala sebelah, kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, asam urat ambang batas atas.
Pegal-pegal di pundak, mudah sekali lelah dan mengantuk, mudah sekali terserang flu dsb.
Sampai bosan rasanya minum obat ini dan minum obat itu... atau terapi kesana dan kemari.
Sampai akhirnya saya tertarik untuk belajar ilmu penyembuhan dari berbagai orang yang memang tubuhnya selalu sehat dan hampir tidak pernah sakit.
Dari guru penyembuhan tersebut saya belajar bahwa sesungguhnya penyakit bukanlah MUSUH KITA. Sesungguhnya penyakit adalah sahabat baik yang selalu setia datang untuk mengingatkan kita bahwa ada cara berpikir kita yang salah, ada cara hidup kita yang salah, ada pola makan kita yang salah, ada pola kerja dan istirahat kita yang salah.
Sejak menyadari bahwa para penyakit ini bukanlah sebuah hukuman melainkan para sahabat, jadi akhirnya sy memeluk para sahabat saya yang bernama penyakit ini, dan bersyukur bahwa sesungguhnya para penyakit inilah sahabat sejati saya yang selalu datang kapanpun di butuhkan untuk mengingatkan ketika ada yang salah dengan pikiran dan pola hidup saya.
Sungguh seperti sebuah jalan penyembuhan yang di bimbing oleh Tuhan, tak lama kemudian Tuhan mengirim sebuah buku pada saya melalui Bunda Anna (Sahabat guru Gobind) yang berjudul YOU CAN HEAL YOUR LIFE.
Buku itu dengan jelas memaparkan mengapa para sahabat-sahabat kita PENYAKIT yang namanya berbeda-beda itu datang mengunjungi kita pada saat ada yang salah dengan pikiran kita
Misalnya:
1. Penyakit flue dan pilek, sahabat ini datang pada kita saat kita lari dari tanggung jawab, dan kurang istirahat. Coba deh ingat-ingat ketika kita mulai bersin-bersin biasanya kita baru saja melarikan diri dari tanggung jawab. "Saya sampai tertawa menertawakan diri sendiri, kok bisa ya perilaku kita berhubungan dengan penyakit"? (Jika jawaban kita karena alergi itu penjelasan ilmiahnya, tapi jika tidak ada pemicu alergi/alergan lalu kita bersin-bersin coba deh ingat2 lagi)
2. Jantung berdebar tak teratur, sahabat ini datang pada saat kita khawatir akan terjadi sesuatu atau takut kehilangan plus saat kita terlalu banyak makan-makanan yang berlemak atau berkolesterol tinggi.
3. Migrain atau sakit kepala sebelah, sahabat ini datang ketika kita dalam keadaan tertekan dan merasa tidak mampu menyelesaikan masalah plus kurang tidur.
4. Insomnia sulit tidur atau tidak nyeyak, sahabat ini datang ketika merasa ada pikiran yang mengganjal dan belum terselesaikan atau sulit untuk mengungkapkannya.
5. Bahkan hingga sahabat yang bernama Cancer/Kanker itu datang apa bila kita secara jangka panjang merasa sangat bersalah terhadap sesuatu.
Lalu saya bertanya "apa buktinya kalau pikiran itu bisa menyebabkan penyakit fisik ?"
Lalu sang guru menjawab sambil tersenyum.
"Coba lihat lah orang yang sudah tidak lagi menggunakan pikirannya yang ada di rumah sakit jiwa; rata-rata mereka sehat-sehat saja sakit fisik meskpun sering kali kita mendapati hidupnya tidak higyenis"
"Lantas adakah obat yang paling ampuh untuk semua jenis penyakit tersebut karena meskipun ia sahabat baik tapi kita sebenarnya tidak ingin ia datang dan datang lagi." Tanya saya penasaran.
Kembali sang guru menjawab lembut, "Ada dua obat yang sangat ampuh bila di gunakan bersamaan hasilnya akan membuat para sahabat penyakit tersebut pergi menjauh dan bahkan tidak pernah datang lagi."
"Wah jadi semakin penasaran Nih... apa itu nama obatnya ?"
"Yang pertama nama obat itu adalah "Rasa Bersyukur"
"Ya, Bersyukur dan berterimakasih pada Tuhan, atas apa yang ada, apa saja semisal kita bersyukur karena bisa bernafas dengan lega apa lagi tanpa harus membeli oxigen seperti orang yang sedang di rawat di ICU rumah sakit."
"Yang kedua adalah Ikhlas Berserah Diri"
"Ya, ikhlas terhadap apa saja yang terjadi pada kita, atau yang kita alami, karena setiap kejadian itu bersumber dari kita sendiri, begitu kata hukum Aksi Reaksi, orang lain hanya bereaksi atas apa yang kita lakukan, semisal ada orang yang marah pada kita pasti suatu ketika kita pernah marah pada orang lain, dan terimalah ini sebagai sebuah proses untuk menyadarkan begitulah rasanya jika kita di marahi oleh orang. Dan setelah itu Surrender atau berserah diri pada Tuhan atas pelajaran hidup yang kita dapatkan."
"Siapapun yang bisa menggunakan dua obat itu setiap hari dan setiap saat, maka lihat saja hasilnya. Sahabat-sahabat yang bernama penyakit tersebut perlahan-lahan akan pergi meninggalkan kita. Tanpa kembali lagi... kecuali kita kembali mengulangi kesalahan cara berpikir yang sama." Begitu ucapan penutup dari sang guru penyembuh.
Ternyata melalui penelitiannya Prof. Masaru Emoto pernah menulis efek pikiran terhadap tubuh sebagai mana yang pernah di sharing oleh Mama Nina seorang sahabat facebooker dari Malaysia sbb:
Dalam Buku “The Healing dan Discovering the Power of the Water” (By: Dr. Masaru Emoto) disimpulkan bahwa :
1. MARAH selama 5 minit akan menyebabkan sistem imun tubuh kita menjadi lemah selama 6 jam.
2. DENDAM dan MENYIMPAN KEPAHITAN akan menyebabkan imun tubuh kita mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, seperti Stress, Kolesterol, Hipertensi, Serangan Jantung, Rhematik, Arthtritis, Stroke (perdarahan/penyumbatan pembuluh darah)…..
3. Jika kita sering membiarkan diri kita Stress, maka kita sering mengalami Gangguan Pencernaan.
4. Jika kita sering merasa KHAWATIR, maka kita mudah terkena penyakit Nyeri Bahu atau pinggang
5. Jika kita MUDAH TERSINGGUNG, maka kita akan cenderung terkena penyakit Insomnia (susah tidur).
6. Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN, maka kita akan terkena Gangguan Tulang Belakang Bagian Bawah.
7. Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yang BERLEBIHAN, maka kita akan mudah terkena penyakit GINJAL.
8. Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING, maka kita akan mudah terkena DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna).
9. Jika kita mudah EMOSI & cenderung PEMARAH, maka kita terdedah terhadap penyakit HEPATITIS.
10. Jika kita sering merasa "SOMBONG" (tidak pernah peduli) terhadap lingkungan, maka kita akan berpotensi mengalami Penurunan Kekebalan Tubuh.
12. Jika kita sering MENGANGGAP MUDAH/"Menganggap Remeh" semua persoalan, maka hal ini boleh mengakibatkan penyakit Diabetes.
13. Jika kita sering merasa KESEPIAN, maka kita boleh terkena penyakit Demensia Senelis (berkurangnya memori dan kontrol fungsi tubuh).
14. Jika kita sering BERSEDIH dan merasa selalu RENDAH DIRI, maka kita boleh terkena penyakit Leukemia (kanser darah putih)
Sekian...
Yuk mari kita praktekkan ! Semoga para sahabat penyakit yang ada di tubuh kita segera pergi seiring dengan usaha kita untuk selalu bersyukur dan berserah diri.
Selamat berakhir pekan bersama keluarga tercinta, ingatlah akan ada lebih banyak kebahagiaan yang bisa kita ciptakan jika kita sehat.

Tips Beli Rumah Bagi Pekerja Berpenghasilan Tak Tetap


Umumnya, pekerja lepas ataupun pengusaha memiliki penghasilan tidak tetap. Jika saat ini mendapatkan Rp10 juta, bisa jadi pemasukan pada bulan berikutnya malah menurun hingga setengahnya. Pemasukan yang selalu berubah akhirnya menimbulkan kegelisahan, mungkinkah membeli rumah dengan situasi seperti ini?

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Mike Rini Sutikno mengatakan, para pekerja lepas sangat mungkin merencanakan pembelian rumah. Asalkan mereka mampu mengelola keuangan secara cermat. Yakni selalu menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran.

“Pekerja yang penghasilannya naik turun terkadang cepat kalap kalau sewaktu-waktu mendapatkan komisi besar,” kata Mike kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, Selasa, 2 September 2014. “Sikap semacam ini bisa berbahaya bagi kesehatan keuangan."
Beli Rumah Murah Itu Untung atau RugiBeli Rumah Murah Itu Untung atau Rugi


Langkah pertama yang perlu dilakukan agar keinginan memiliki rumah bisa terwujud, yaitu dengan mengetahui jumlah pengeluaran bulanan Anda. Katakanlah sekitar Rp3 juta per bulan, kemudian hitung pendapatan tahunan Anda. Caranya dengan melihat jejak rekening atau rekam pendapatan selama dua tahun kebelakang. Catatan itu akan menggambarkan berapa kira-kira penghasilan bulanan Anda.

Setelah melakukan kalkulasi, ternyata pendapatan tahunan Anda sekitar Rp48 juta, selanjutnya bagi total penghasilan itu dengan 12 bulan. Sehingga Anda akan menemukan asumsi pendapatan bulanan sekitar Rp4 juta. “Usahakan pengeluaran bulanan tak lebih dari Rp4 juta,” kata dia. “Kalau lebih, Anda harus menekan konsumsi atau meningkatkan pendapatan.”

Dari asumsi pendapatan bulanan itu, hanya 75 persen yang boleh untuk keperluan konsumsi. Sisanya harus Anda tabung sebagai dana antisipasi jika pada bulan tertentu tak memperoleh penghasilan. “Uang cicilan rumah dan biaya-biaya lain bisa diambil dari alokasi yang 75 persen tadi,” kata dia.

Sementara menurut perencana keuangan dari Zeus Consulting, Farah Dini, selain menghitung total pendapatan dan pengeluaran, Anda juga perlu menyiapkan dana darurat. Guna menjadi jaring pengaman jika dalam jangka panjang Anda tak kunjung memperoleh penghasilan. Dana darurat ini jumlahnya sekitar 12 kali pengeluaran bulanan. Anggaran ini bisa Anda peroleh dengan menyisihkan uang kala mendapat penghasilan besar.

“Saat penghasilan menurun, Anda bisa menggunakan dana darurat itu untuk menutupi keperluan sehari-hari,” kata dia. “Tetapi ingat, ketika memiliki penghasilan lebih, kembalikan sejumlah dana yang Anda ambil ke rekening dana darurat tadi.”

Terkait trik menyiapkan dana untuk membeli rumah, Anda bisa melakukan beberapa langkah sederhana. Pertama, pastikan dulu harga rumah yang ingin Anda beli. Upayakan, besar cicilannya tidak melebihi pendapatan rata-rata bulanan Anda. Bagi yang ingin menggunakan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR), persiapkanlah uang muka jauh-jauh hari. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia (BI), jumlah uang muka untuk rumah pertama minimal 30 persen dari harga jual tempat tinggal.

Selanjutnya, sisihkanlah 30 persen dari penghasilan pokok rata-rata bulanan Anda untuk biaya cicilan rumah. Dengan catatan, angka ini merupakan plafon maksimal dari seluruh jenis utang. Artinya termasuk cicilan kendaraan, kartu kredit, maupun utang lainnya.

“Agar cicilan lebih rendah, otomatis anda harus menambah jumlah down payment dari 30 persen menjadi 35 persen atau lebih,” kata dia. “Semakin besar uang muka, maka tambah kecil juga cicilannya.”


ANAK KITA TIDAK HANYA BUTUH MAKANAN YANG BERGIZI SAJA UNTUK BISA HIDUP SEHAT
Sering kali orang tua hanya berfokus untuk memilihkan makanan2 sehat untuk tumbuh kembang putra-putrinya. Memilihkan susu terbaik, sayuran tersegar, ikan yg segar dsb.
Tapi sayangnya banyak orang tua yg tidak tahu bahwa PIKIRAN ANAK juga membutuhkan makanan yg sehat untuk tumbuh kembang moral dan akhlaknya. Dalam ilmu pengetahuan modern di ketahui bahwa di dalam PIKIRAN yg sehat terdapat Tubuh yg sehat - Soul Mind Body Connection -
Tahukah anda apa saja makanan sehat untuk tumbuh kembang pikiran, etika, moral dan akhlak seorang anak ?
1. Pemilihan ucapan dan kata2 yg positif terutama pd saat anak gagal mencoba
2.Pujian yg tulus pada setiap usaha kecil yg berhasil dilakukan anak.
3. Tontonan TV yg mendidik, tdk mengandung unsur kekerasan dan pornografi.
4. Contoh prilaku positif dan teladan dari kedua orang tuanya.
5. Senyuman tulus setiap hari dari orang tuanya.
6. Nada yg lembut dalam berbicara pada anak.
7. Bermain bersama dengan peralatan yg ada di sekitar rumah.
8. Mendongengkan anak menjelang tidur
9. Memilihkan sekolah yg peduli pada PRILAKU MORAL muridnya
10. Memilihkan sekolah yg sistem dan guru2nya ramah anak.
11. Memilihkan mainan yg mengedukasi, tdk mengandung unsur kekerasan.
Jika masih ada lagi makanan sehat bagi perkembangan pikiran dan akhlak anak mari kita berbagi pengalaman d isini....
Jika hari ini kita semua mulai mau melakukannya maka anak kita kelak tidak hanya memiliki tubuh yg sehat, melainkan juga memiliki prilaku moral dan akhlak yg sehat. Sehingga Bangsa Indonesia bisa menjadi Bangsa yang SEHAT.


DARI KOMUNITAS AYAH EDY



KORBAN SISTEM PENDIDIKAN DAN SEKOLAH SALAH KURIKULUM
Sekolah-sekolah di Jepang ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mendidik etika perilaku dan budipekerti murid-murid sekolah mereka mulai pra sekolah atau TK hingga Sekolah Dasar, selama kurun waktu lebih kurang 2+6 tahun. = 8 tahun.
Hampir setiap hari anak-anak di berikan pelajaran praktek tentang "Mengelola Sampah" **bukan membuang sampah karena disana sampah itu akan selalu di daur ulang untuk bisa di manfaatkan kembali untuk masyarkat atau di jadikan bahan bakar alternatif dan sebagainya.
Di sekolah anak-anak juga dilatih untuk membersihkan kelas, membersihkan toilet sekolah, merapikan ruang kelas, menata sepatu, berkata santun, hadir tepat waktu, berlatih kejujuran dan semua budi pekerti lainnya, juga di latih dasar-dasar life skill seperti memasak, saling membantu, melayani dan tolong menolong serta ramah alam dan lingkungan seperti menjaga keseimbangan ekosistem.
Sehingga seandainya seseorang tidak mau lanjut ke perguruan tinggi karena alasan pribadi mereka, maka merekapun sudah tahu bagaimananya hidup tertib, jujur, bersih, rapih dan beretika moral yang baik dilingkungan masyarakat.
Dan ternyata hasilnya sungguh luar biasa.!
Mungkin bisa dilihat secara sederhana, misalnya saja selokan-selokan di pusat kota, seperti Tokyo hingga di pedesaan terlihat jernih, bersih terawat dan bisa di huni oleh Ikan-ikan KOI tanpa takut TERCEMARI oleh limbah rumah tangga atau pabrik, atau orang yang buang sampah sembarangan ke Got, serta tanpa TAKUT DI CURI oleh orang yang lewat atau masyarakat yang tinggal di sekitarnya. (Bebas Limbah dan Bebas Pencurian)
Bandingkan dengan selokan-selokan yang ada di Ibukota Jakarta atau mungkin juga yang ada di sebagian besar desa-desa di Indonesia.
Jika negara maju seperti Jepang saja justru sekolah-sekolahnya lebih berfokus untuk mengajarkan praktek etika prilaku moral dan budi pekerti anak sejak usia dini lalu mengapa sekolah-sekolah di Indonesia malah sibuk mewajibkan baca tulis hitung bagi siswa-siswa sekolah TK atau SDnya ?
Hingga terlihat sangat jelas bedanya, Coba deh pikirkan sekali lagi dan tanya mengapa?
Jika anda setuju silahkan sebarkan kisah ini pada sebanyak-banyaknya orang tua dan guru yang anda kenal, semoga saja bisa membawa perubahan bagi negeri kita.

DARI KOMUNITAS AYAH EDY



Wafa adalah seorang gadis kecil berumur 7 tahun. Saat ini, dia bersekolah di Albany Rise Primary School, Melbourne, Australia. Seperti anak-anak seusianya, Wafa juga masih didominasi sifat kekanak-kanakan. Namun di balik itu semua, ada yang istimewa pada gadis kecil ini. Dia satu-satunya murid di sekolahnya yang mengenakan jilbab. Padahal Wafa bersekolah di public school, bukan di sekolah Islami.
Gadis kecil ini tak pernah mau melepas jilbabnya meski saat ini tidak tinggal di Indonesia. Tak ada paksaan dari orang tuanya untuk mengenakan jilbab. Meski berada di lingkungan asing, dengan resiko akan ‘diasingkan’ oleh teman-temannya, dia tetap tidak peduli dan kokoh dengan pendiriannya.
Suatu hari, Australia sedang dilanda heatwave. Waktu itu suhu bisa mencapai 40 derajat celcius. Karena kasihan, guru Wafa memintanya untuk membuka jilbab agar tidak terlalu kepanasan. Namun dengan tenang Wafa menjawab, “Its okay, Miss. I’m alright,” Sang guru pun sampai menyampaikan kekaguman atas kegigihan Wafa.
Di kesempatan lain, Wafa ditanya oleh beberapa temannya. “Why do you wear that thing on your head?” Dengan percaya diri sebagai seorang muslim, dia menjawab, “Because I’m muslim,” Sang teman rupanya masih penasaran dan bertanya lagi, “But what you’re wearing that for?” Kembali dengan kepercayaan diri yang tinggi, Wafa menjawab,”Well, because I’m muslim girl and all muslim girls are not allowed to show their hair to other people, besides their own family.” Bisa kita bayangkan betapa takjubnya teman-teman Wafa ketika mendengar jawaban ini.
Entah bagaimana caranya gadis kecil ini memiliki kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai seorang muslim. Biasanya anak seusianya sangat takut dianggap berbeda dari teman-temannya. Akan tetapi tidak untuk Wafa. Dia sangat percaya diri dan bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Tempat yang asing bagi dirinya pun semakin menempanya untuk tetap bangga sebagai seorang muslim. Kegigihan Wafa ini rupanya juga diperhatikan oleh guru-gurunya. Dia pun terpilih sebagai student of the week di minggu pertama dia masuk ke sekolah tersebut.
Kisah tentang Wafa yang dikutip dari buku Character Building, karangan Yudha Kurniawan SP dan Ir Tri Puji Hindarsih tersebut sungguh menginspirasi kita bahwa identitas sebagai seorang muslim adalah suatu kebanggaan. Di negeri yang mayoritas non muslim, Wafa mampu menunjukkan kebanggan tersebut. Sungguh ironis jika di negeri yang mayoritas muslim ini, kita justru malu menunjukkan identitas diri kita sebagai seorang muslim. Wafa juga memberi pelajaran pada kita bahwa usia yang masih dini bukanlah halangan untuk menanamkan rasa bangga sebagai seorang muslim kepada anak. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Antara lain:
Pertama, kita bangkitkan kebanggaan menjadi muslim di dada mereka. Sejak awal, kita tumbuhkan kepercayaan diri yang kuat dan harga diri sebagai seorang muslim, sehingga mereka memiliki kebanggaan yang besar pada agamanya. Mereka berani menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim dengan penuh percaya diri. “Isyhadu bi anna muslimun. Saksikan bahwa aku adalah seorang muslim!”
Kedua, kita biasakan mereka untuk memperlihatkan identitas sebagai seorang muslim, baik yang bersifat fisik, mental, maupun cara berpikir. Inilah yang sekarang ini rasanya perlu kita gali lebih jauh dari khazanah Islam. Bukan untuk menemukan sesuatu yang baru, melainkan untuk menemukan apa yang sudah dilakukan generasi terdahulu yang berasal dari didikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga, kita bangkitkan pada diri mereka al wala’ wal bara’ sehingga memperkuat percaya diri mereka. Apabila mereka berjalan, ajarkanlah mereka untuk tidak menepi dan menyingkir karena grogi berpapasan dengan orang non muslim. Kita tidak bersikap arogan. Kita hanya menunjukkan percaya diri kita sehingga tidak menyingkir karena gemetar.
Semoga kita senantiasa istiqamah dan bangga dengan identitas sebagai seorang muslim. Seperti halnya Wafa dalam kisah di atas. Kebanggaannya sebagai seorang muslim bak sebuah mahkota yang bukan saja meningkatkan derajat di antara kerumunan orang lain, melainkan juga memancarkan cahaya yang membuat potensi dan kemampuannya semakin terlihat.





SEBUAH PENGALAMAN KISAH NYATA YANG DI RANGKUM DALAM KATA-KATA

Seorang ibu datang berkonsultasi pada kami tentang anaknya yg suka memukul, teriak2, bertengkar dengan kakaknya setiap hari, dan segudang prilaku buruk lainnya....
Hanya ada 5 saran dari kami:
1. Hilangkan semua tayangan TV yg merusak di rumah dan ganti dengan aktivitas fisik atau olah raga pada anaknya atau Edu Game (program komputer pendidikan anak)
2. Perbaiki prilaku orang tua dan cara mendidiknya dengan membaca buku-buku kami (37 kebiasaan buruk ortu yg melahirkan prilaku buruk anak dan Ayah Edy menjawab). atau buku2 parenting lainnya. dan praktekkan isinya dengan sabar.
3. Dengarkan CD PARENTING TALKSHOW ayah Edy sesering mungkin dan praktekkan isinya.
4. Praktekan mulai hari ini juga dengan tekun dan sabar setahap demi setahap dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dan mecoba lagi, seperti seorang anak balita yg berusaha untuk bisa berjalan.
5. Jika sumber prilaku anak berasal dari sekolahnya yg hanya peduli pada angka2 dan bukannya pada pembentukan prilaku dan akhlak anak maka pindahkanlah anak kita ke sekolah yg peduli moral semisal sekolah alam, atau sekolah PEDULI AKHLAK lainnya disekitar tempat kita tinggal, jika tidak ada sekolah yg perduli moral dan akhlak anak, lebih baik di Home Schoolingkan saja.
Selang 6 bulan sang Ibu kembali menghubungi kami, dan apa katanya:
1. 1 bulan pertama setelah perjuangan berat meniadakan TV dirumah anakanya banyak sekali berubah prilakunya menjadi lebih bisa di kendalikan dan tidak lagi agresif.
2. 3 bulan setelah memperbaiki prilaku diri 37 Kebiasaan buruk mendidik.... sesuai di kedua buku tersebut anaknya mulai bisa di ajak kerjasama dan mau mendengarkan.
3. 4 bulan setelah mendengarkan CD KOMPILASI PARENTING AYAH EDY, suami mulai mau peduli dan sadar untuk ikut serta mendidik anak dan menyadari semua kesalahan selama ini. Anak2pun menjadi jauh lebih baik.
4. Sayangnya dulu saya sering ragu untuk mempraktekkannya, tapi setelah mulai mau mencoba sedikit2 sy menyesal mengapa tidak dari dulu saya mengetahui ini semua dan kenapa gak cepat2 sy praktekan.... bahkan sempat berpikir kenapa hal yg bagus ini kok dulu gak di ajarkan di sekolah ya....
Ah.....akhirnya sy bisa menarik nafas lega.....dan bersyukur 1 keluarga Indonesia sudah berhasil dan berubah.
Semoga akan lebih banyak lagi keluarga2 Indonesia yg berubah menjadi lebih baik sehingga masa depan bangsa ini pun akan menjadi lebih baik.
Aminnnnn ya Allah....10.000x
Let's Make Indonesian Strong from Home !!!!!!
Kalau bukan kita, mau berharap pada siapa lagi ?
Kalau bukan sekarang mau kapan lagi...?

DARI KOMUNITAS AYAH EDY...

MENGINTIP PERBEDAAN SISTEM SEKOLAH DI JEPANG VS DI INDONESIA

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.
Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.
Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.
Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.
Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.
Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.
Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.
Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji.
Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.
Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.
Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.
Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.
Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.
Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Salam.
Sumber: edukasi.kompasiana.com
Bandingkan dengan SD kita yg masih saja meributkan ANAK-ANAK SD HARUS SUDAH BISA CALISTUNG dan KKM, REMIDIAL, TES dan UAN